Jakarta - Indonesia memainkan peran strategis dalam sistem pangan dan pertanian global. Dengan luas lahan baku sawah mencapai 7,46 juta hektar, budidaya pertanian Indonesia mampu melibatkan sekitar 27,68 juta rumah tangga. Hal ini menjadikan Indonesia produsen utama global dalam beberapa komoditas pertanian strategis, seperti kelapa sawit, kakao, padi, dan perikanan. Bahkan, Indonesia menjadi negara produsen terbesar kelapa sawit di dunia pada tahun 2019.
"Indonesia dapat menentukan masa depan pangan dan pertanian dunia, terutama kelapa sawit, jika dikelola dengan data yang akurat," ujar Sekretaris Utama Badan Pusat Statistik (BPS), Atqo Mardiyanto. Hal ini disampaikan dalam sambutan di acara Penandatangan Kerja Sama antara BPS dengan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) bertemakan “Satu Data Sawit untuk Pembangunan Industri Kelapa Sawit Nasional Berkelanjutan” di Hotel Borobudur Jakarta, Selasa (25/1).
"Adanya data dan informasi perkebunan kelapa sawit yang akurat dan handal akan mendukung perumusan kebijakan yang optimal dan komprehensif di industri kelapa sawit nasional” jelas Edy Abdurrachman, Direktur Utama BPDPKS dalam sambutannya. Edy juga menekankan tujuan kerja sama ini untuk mewujudkan optimalisasi tata kelola data dan informasi untuk “The Most Valuable of Data” yang berbasis pada “Single Source of Truth” yang mendukung pembangunan industri kelapa sawit nasional yang berkelanjutan.
Koordinasi dan kolaborasi BPS dengan BPDPKS mejadi sangat penting untuk membantu menyukseskan pelaksanaan ST2023. Kolaborasi dengan banyak pihak sangat diperlukan karena ST2023 bukan milik BPS semata, namun milik Indonesia untuk terwujudnya kedaulatan pangan dan kesejahteraan petani di Indonesia.
